Daun-Daun Yang Menari
menerjah ke halaman rumah
dan daun-daun itu pun menari
berpusing-pusing di halaman sendiri
ditiup ke kanan, mereka mengiring
ditiup ke kiri, mereka tegak berdiri
Bertiup kencang angin timur
membawa berita bersulam sendu
seribu luka sudah terpalit
menghancurkan sebuah citra
selumat daun-daun kering
harta bukan lagi bersifat pembela
kata-kata dibuat berniaga
Berhembus perlahan angin barat
melewati ruang yang kian tandus
kering pahala, kontang jiwa
menikam segala deria ihsan
memilih tarian mengikut rasa
daun kian ligat berputar
seperti mereka yang menari kemabukan
Ada sebatang pohon yang lama
kami berhenti berehat di situ
disambut belaian bayu selatan
memerhatikan rimbunan dedaun hijau
pabila tiba masanya nanti
pasti mereka pun berguguran
anehnya, mereka tidak menari
setiap kali musim berangin
lumrah alam, mereka tetap hancur
menjadi baja kepada badan
Wahai daun yang ligat menari
usah meringankan jati diri
bimbang air mata itu nanti
mungkin tidak bisa menyuburkan keinsafan
mungkin tidak bisa menyuburkan keinsafan
Mazny M.R.
(Puisi penutup tirai 2012)
No comments:
Post a Comment